Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Apa Kabar Manis Penyejuk

Apa kabar manis penyejuk… Jarak dan ruang mungkin menjauh berpuluh kilometer. Memisahkan relung hati dan jiwa yang dahulu pernah menyatu. Berbalutkan rasa cemas menanti kabar. Berharap merpati membawa surat darimu menghampiri diri yang merindu. Apa kabar manis penyejuk… Bukan lagi hitungan jam, namun hari yang dinanti. Bukan pula hitungan minggu, bahkan tahun yang harus dilalui. Terkadang diri ingin berontak untuk melawan sepi. Sebab tanpa aku minta, hadirmu terbayang dalam memori. Apa kabar manis penyejuk… Semakin aku menjauh untuk menyibukkan diri mengenai kamu. Batinku tak bisa untuk dibohongi, lagi-lagi langkah terhenti melirik. Entah aku tak pernah tahu akan keberadaanmu. Namun sosokmu begitu dekat memberikan senyuman terbaik. Apa kabar manis penyejuk… Kamu tak lagi dapat ditemui di pinggir jalan saat menunggu angkutan umun. Duduk manis di pelataran masjid yang syahdu, kamupun tetap tidak ada. Dalam keramaian ditempat-tempat kuliner yang

Bisakah Untuk Mengerti

Bisakah untuk menghargai. Mengerti akan prinsip seseorang. Tak perlu dengan kejailan yang kau anggap lucu. Tanpa kau sadari, kau sudah menusuk tubuhmu untuk terjun dalam api. Menyentuh tangan yang tak pantas untuk kau sentuh. Tak bisakah untuk melihat dengan naluri. Apa kau memperlakukan ibumu seperti itu ? Sedikitpun aku tak bisa bayangkan. Usiamu sudah matang, namun kedewasaan tak nampak dalam diri. Masihkah ingin bermain ? Bersenda gurau, tertawa diatas keceriaan seseorang. Yang kau rengut dari wajah gadis didepanmu. Membuat muka masam tanpa sedikitpun tersenyum. Lalu dengan enak kau berkata “senyum sedikit kenapa, jangan cemberut” Terlihat konyol bukan, bagaimana wanita akan mengikutimu. Akankah terus seperti itu, aku harap tidak. Duhai hati yang keras, lihatlah sedikit akibat dari ulahmu. Semoga dirimu kembali pada fitrah-Nya. Mendewasa dan bijaklah seperti hakikat seorang lelaki perkasa. Caringin, 12 Februari 2016 Siti Aisyah

Sahabat Untuk Akhirat

Kau memiiki hak sahabatku. Hak untuk memperjuangan siapa yang berhak menjadi sahabatmu. Hak untuk memutuskan siapa yang pantas untuk tetap menjadi sahabat. Hak untuk meninggalkan yang memang tidak layak untuk bersahabat. Karna dengan siapapun kau bersahabat kau pasti akan banyak menghabiskan waktu dengannya. Saling berdiskusi bertukar pikiran, saling berbagi dalam bahagia maupun kesedihan, bahkan sampai aib dirimu sendiri akan kau ceritakan. Tak ada yang tertutupi bahkan untuk saling menjatuhkan. Semuanya begitu melekat seperti tinta dan kertas yang tak bisa terpisahkan. Kini aku menyadari bahwa yang kau butuhkan adalah sahabat yang sama-sama ingin berjuang. Berjuang dalam ketaatan. Bersemayam dijalan skenario-Nya yang tidak bisa untuk diterpa. Persahabatan yang dibalut dengan cinta dan kasih sayang yang suci. Kesempurnaan dari setiap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Persahabatan yang kokoh walau seterjal apapun angin yang menghempas kencang untuk merobohkan. Persahabatan