Langsung ke konten utama

Sahabat Untuk Akhirat

Kau memiiki hak sahabatku. Hak untuk memperjuangan siapa yang berhak menjadi sahabatmu. Hak untuk memutuskan siapa yang pantas untuk tetap menjadi sahabat. Hak untuk meninggalkan yang memang tidak layak untuk bersahabat. Karna dengan siapapun kau bersahabat kau pasti akan banyak menghabiskan waktu dengannya. Saling berdiskusi bertukar pikiran, saling berbagi dalam bahagia maupun kesedihan, bahkan sampai aib dirimu sendiri akan kau ceritakan. Tak ada yang tertutupi bahkan untuk saling menjatuhkan. Semuanya begitu melekat seperti tinta dan kertas yang tak bisa terpisahkan.

Kini aku menyadari bahwa yang kau butuhkan adalah sahabat yang sama-sama ingin berjuang. Berjuang dalam ketaatan. Bersemayam dijalan skenario-Nya yang tidak bisa untuk diterpa. Persahabatan yang dibalut dengan cinta dan kasih sayang yang suci. Kesempurnaan dari setiap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Persahabatan yang kokoh walau seterjal apapun angin yang menghempas kencang untuk merobohkan. Persahabatan yang menggenggam erat nilai islam. Persahabatan yang menimbulkan sikap ingin memiliki seutuhnya. Terutama persahabatan yang ingin tetap kau jalin bukan hanya didunia melainkan akan terus bersama dalam kenikmatan surga-Nya.

Terkadang diri ini malu. Diri ini merasa ingin jauh, tenggelam dalam peradaban kehidupanmu. Pantaskah aku bersahabat denganmu? Wahai diri ini yang masih jauh dari jalan lurus-Nya.  Namun dalam naluriku berkata “tetaplah aku menjadi sahabatmu”. Aku yang banyak memberikan aroma tak sedap dalam perjalanan kita. Sikap dan tingkahku yang lebih jauh berbeda dengan kalian sahabatku. Kau yang selalu menarik ulur tangan ini ketika menjauh. Dirimupun yang tak pernah bosan untuk mengingatkan aku kembali kepada-Nya. Setiap perjumpaan yang kita lalui selalu terselip nasihat yang menyentuh untuk disadari. Bahwa kau begitu sangat peduli akan diriku ini melebihi kasih orang tuaku sendiri. Bahwa kaulah yang justru lebih sibuk memperhatikan kehidupan akhiratku nanti.

Kau yang memperdulikan diriku dengan caramu. Kau yang menampar aku dengan kalimat-kalimat baikmu. Itu semua kau lakukan sebagai pembuktian ketulusan hatimu bersahabat denganku.

Namun yang sangat aku sesali, aku baru menyadarinya disaat perlahan dari kita menjauh. Disaat kesibukan yang tak menentu kapan berujung. Perlahan kedekatan itu seperti langit dan bumi. Bagaikan teknologi cangih tanpa koneksi sehebat apapun tak akan bisa bertemu.

Wahai sahabat remajaku.
Hari ini aku termenung. Membaca setiap kata demi kata yang indah terurai oleh sahabatmu. Aku bahagia dengan lingkaran yang kau pegang begitu erat. Begitu indah dipandang dan hangat dirasakan walau aku tak berada dalam lingkaran itu. Anggunnya dirimu dengan pakaian takwamu. Mempesonanya elok rupamu yang indah bagai bidadari. Wajah yang bersinar berseri-seri  terpancar dalam kesederhanaan.

Duhai sahabat remajaku.
Aku mohon jangan tinggalkan aku sendiri. Jangan biarkan aku melangkah sendirian dijalan ini. Aku menginginkan kalian untuk saat ini dan seterusnya. Aku berharap untuk tidak saling manjauhi. Aku menyadari kaulah yang sesungguhnya sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Bahkan aku ingini persahabatan ini tetap milik kita bersama. Hanya kalianlah sahabat yang mengerti. Yang sama-sama ingin berjuang terus berjuang hingga rido-Nya yang didapat.
Biarpun jarak dan waktu memisahkan kita. Aku mohon sisakanlah ruang untuk menjadikan aku sahabatmu. Betapa rindu ini mengebu tak terbendung ingin diluapkan. Namun rencana-Nya lebih indah untuk mempertemukan kita.

Sahabat remajaku.
Aku harap kau masih setia menunggu aku disini untuk bersamamu.
Aku harap kau masih ingat akan kenangan manis kita saat pertama bertemu.
Aku harap kau masih mengulurkan tanganmu untuk selalu membantu.

Aku selalu rindukan sosok sahabat sepertimu. Selamanya ingin selalu bersahabat denganmu.


Caringin, 2 Februari 2016
Siti Aisyah



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Untuk Wanita Yang Ingin Dinikahi

Pembelajaran sore ini sangat menarik. Meski sebelum-sebelumnya tidak kalah menarik terlebih dengan dosen yang mampu menguasai kelas dengan baik dan efektif. Hingga pembelajaran terasa hidup. Apalagi untuk sebagian mereka yang baru pulang bekerja, rasanya masuk kelas itu hanya dengan sisa tenaga dan semangat, bisa pula yang terasa adalah rasa kantuk sehingga tidak fokus untuk menyimak. Hal yang dibahas pada sore ini adalah tentang Peranan Keluarga Dalam Islam. Pembelajaran semakin seru tatkala dosen mengajukan pertanyaan pada anak laki-lakinya. Mengapa hanya kepada laki-laki? karena wanita dipilih dan wanita juga yang memutuskan untuk menerima pinangan atau tidak. Dosen saya mengajukan bertanyaan "Apa syarat untuk wanita yang ingin kalian nikahi?" Sudah tidak asing sih saya mendengar pertanyaan tersebut. Berbagai macam jawabanpun terlontar dari kaum ikhwan. Diantaranya yaitu wanita yang cantik, sholehah, wanita yang sering ke masjid, wanita yang menutup aurat, wanita yang me...

Khadijah Binti Khuwailid ra

Kita akan menjelajahi bintang pertama dari gugusan bintang kenabian. Kita akan berjumpa dengan simbol kesucian, kehormatan, dan ketakwaan. Juga bersua dengan sekuntum bunga yang menyebarkan aroma wewangian sehingga memenuhi atmosfer seluruh penjuru dunia dengan keharumanan iman, pengorbanan, kedermawanan, dan pembelaan. Kita akan menemui orang yang pertama kali memeluk islam dari golongan wanita. #Orang pertama yang shalat bersama Rasulullah saw. #Wanita pertama yang memberi keturunan kepada Nabi saw. #Wanita pertama diantara istri-istri Nabi saw yang mendapat berita dijamin masuk surga. #Orang pertama yang menerima ucapan salam dari Allah. #Wanita pertama yang masuk kategori shiddiq #Istri Nabi saw yang pertama kali meninggal dunia. #Orang pertama yang kuburannya dipersiapkan oleh Nabi saw. Dia beriman kepada Nabi saw disaat semua orang kafir kepadanya. Membenarkan risalah beliau disaat semua orang mendustakannya. Mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan ...

Edelwis Yang Dirindukan

Entah seperti ada namun tiada Seperti hadir menatap lamat-lamat Namun sebenarnya amat sangat jauh untuk dekat Merasakan bahwa selalu menemani Walau itu hanya bayangan semu Rasanya ingin menanggis jika aku tak mampu menahan Aku lemah jika rindu itu merasuk jiwaku Yaa Allah... aku takut Buih-buih rindu itu merusak batinku Aku hanya bisa menikamnya lantas aku pendam Aku hanya bisa memantaunya dari jauh, walau aku tau dia amat tertutup untuk aku usik Aku hanya bisa menyebut namanya dalam setiap doaku Aku sadar, aku masih anak kecil yang membutuhkan banyak asupan ilmu Aku masih butuh banyak belajar akan permasalahan itu Aku butuh Allah untuk selalu ada di sampingku Untukmu edelwis yg aku rindu Gunung Putri, 30 Maret 2015 Siti Aisyah