Langsung ke konten utama

Khadijah Binti Khuwailid ra

Kita akan menjelajahi bintang pertama dari gugusan bintang kenabian. Kita akan berjumpa dengan simbol kesucian, kehormatan, dan ketakwaan. Juga bersua dengan sekuntum bunga yang menyebarkan aroma wewangian sehingga memenuhi atmosfer seluruh penjuru dunia dengan keharumanan iman, pengorbanan, kedermawanan, dan pembelaan.

Kita akan menemui orang yang pertama kali memeluk islam dari golongan wanita.
#Orang pertama yang shalat bersama Rasulullah saw.
#Wanita pertama yang memberi keturunan kepada Nabi saw.
#Wanita pertama diantara istri-istri Nabi saw yang mendapat berita dijamin masuk surga.
#Orang pertama yang menerima ucapan salam dari Allah.
#Wanita pertama yang masuk kategori shiddiq
#Istri Nabi saw yang pertama kali meninggal dunia.
#Orang pertama yang kuburannya dipersiapkan oleh Nabi saw.

Dia beriman kepada Nabi saw disaat semua orang kafir kepadanya. Membenarkan risalah beliau disaat semua orang mendustakannya. Mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan beliau disaat semua orang enggan memberinya.

Dia adalah seorang wanita yang berpikiran matang, cerdas, pandai, menjaga kesucian, dan terpandang. Sehingga sejak masa jahiliyah, orang-orang menyematkan gelar Ath Thahirah (wanita yang suci) kepadanya.

Dia adalah tempat ketenangan Nabi saw. Hidupnya dihabiskan untuk tetap mendukung dan membela beliau ketika menyampaikan dakwah Allah Jalla wa'Alaa. Dia tidak pernah ragu untuk menyiapkan segala bentuk sarana yang dapat menunjang kebahagiaan dan kesenangan beliau. Dia tetap setia mendampingi beliau saat menjalani masa-masa pahit. Sehingga benar-benar pantas dia menerima ucapan salam dari Tuhannya yang disampaikan dari tujuh lapis langit. Lebih dari itu, dia menerima berita gembira akan mendapatkan rumah di dalam surga yang terbuat dari bambu dan mutiara tanpa terdengar bising maupun menimbulkan kelelahan.

Dia adalah wanita paling agung se-jagat raya sekaligus istri dari manusia paling agung sepanjang zaman. Dia adalah Khadijah ra. Sosok wanita yang cahayanya memancar dengan cemerlang di dalam cakrawala keimanan, kesucian, kehormatan, kemuliaan, kedermawanan, dan kesetiaan.

Demi Allah, setiap peristiwa yang dialami Khadijah ra adalah obat bagi setiap hati yang nestapa dan membersihkan pikiran dari noda dan aib serta teladan abadi di masa yang nyaris kehilangan teladan sejati. Dengan mengetahui perjalanan hidupnya, hati-hati manusia menjadi hidup. Dengan mengikuti jejak-jejak langkahnya, kebahagiaan dapat diraih, dan dengan mengenali keistimewaannya kita dapat meneladani sifat-sifat yang baik dan karya-karya yang mulia.

IDENTITAS KHADIJAH RA

Dia adalah Ummu Al-Qasim binti Khuwailid bin Asad bin Abdul 'Uzza bin Qushai bin Kilab. Keturunan suku Quraisy dari keluarga bani Asad. Ibunya bernama Fatimah binti Za'idah Al-'Amiriyah. Khadijah pernah beberapa kali menikah. Suami pertamanya Abu Halah bin Zurarah At-Tamimi. Setelah meninggal, ia menikah lagi dengan 'Atiq bin 'Abid bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, namun pernikahan inipun tidak berlangsung lama. Khadijah lahir di Ummul Qura (Makkah), sekitar 15 tahun sebelum tahun Gajah.

MIMPI MEMELUK BINTANG

Khadijah adalah wanita yang gigih, memiliki semangat tinggi, berwawasan luas, dan suka dengan nilai-nilai religius, kebersihan, dan kesucian.

Pada suatu malam, didalam tidurnya Khadijah bermimpi ada matahari besar yang turun perlahan dari langit kota Makkah dan berhenti tepat diatas rumahnya. Seluruh sudut ruangan yang ada di rumahnya diterangi dengan sinar  yang indah. Besoknya ia bergegas menuju rumah sepupunya Waraqah bin Naufal. Setelah mendengar penuturan Khadijah, Waraqah berkata. "Berbahagialah, wahai sepupuku. Seandainya Allah benar-benar membuat mimpimu menjadi kenyataan, maka cahaya kenabian akan masuk ke rumahmu. Dan darinya akan terpancar cahaya risalah nabi terakhir.
Jika ada yang datang dan melamarnya, Khadijah akan mempertimbangkannya sesuai dengan standar mimpi yang dialaminya itu. Intuisi Khadijah merasakan bahwa takdir Allah sedang menyembunyikan sesuatu yang sangat membahagiakan, tetapi dia tidak tahu apa bentuk kebahagiaan tersebut.

PERNIKAHAN YANG PENUH BERKAH

Masyarakat Quraisy adalah masyarakat pedagang. Ketika Khadijah mendengar tentang sifat-sifat Nabi saw yang terpuji, seperti jujur dalam berbicara, pandai menjaga amanah, dan berakhlak mulia, maka ia segera mengirimkan orang untuk menyampaikan tawaran menjalankan perniagaannya ke Syam dengan imbalan yang lebih besar dan ditemani oleh pelayanan yang bernama Maisarah. Rasulullah menerima tawaran tersebut.

Ditengah perjalanan, Rasulullah beristirahat di bawah pohon rindang yang letaknya tidak jauh dari Kastil seorang Rahib. Sang Rahib turun dari khastilnya dan berkata "siapa lelaki yang duduk di bawah pohon itu ?" Maisarah menjawab, "Dia adalah seorang laki-laki dari keturunan Quraisy yang berasal dari tanah suci (Makkah). Sang Rahib berkata, "Tidak ada yang pernah duduk di bawah pohon itu kecuali seorang nabi. Setiba di Syam, Rasulullah saw menjual barang-barang dagangan yang dibawanya dan hasilnya dibelikan barang-barang yang tersedia di daerah itu. Selama perjalanan kembali ke Makkah banyak orang yang mengatakan ketika hari beranjak siang dan cuaca semakin panas, Maisarah melihat dua malaikat melindungi Rasulullah saw dari sengatan sinar matahari, padahal beliau tetap melanjutkan perjalanan diatas untanya.

Setelah sampai di Makkah dan menyerahkan barang dagangan, Khadijah menjual barang-barang yang dibawa Nabi saw dari Syam. Ternyata, kali ini khadijah mendapat keuntungan yang sangat besar hingga mencapai dua kali lipat. Sementara itu Maisarah menceritakan kepada Khadijah apa yang dikatakan sang Rahib dan peristiwa dua malaikat yang selalu melindunginya.
Ia merenungkan dan memikirkan prihal Muhammad. Alhasil dia menyimpulkan bahwa Muhammad adalah sosok lelaki yang cocok dan menjadi idamannya selamai ini. Karena Muhammad adalah orang yang dengan kehormatannya telah menunjukkan perbuatan yang mulia dan mau berkorban. Muhammad tidak tergiur dengan hartanya dan tidak pula tergoda dengan kecantikannya. Khadijah berharap dapat menjadi istri Muhammad.

Ditengah kerisauannya, datanglah sahabat karib khadijah yang bernama Nafisah binti Munabbih. Mereka terlibat perbincangan yang sangat hangat.Nafisah berusaha meredakan kegelisahan Khadijah.

Setelah keluar dari rumah Khadijah, Nafisah langsung bergegas menjumpai Muhammad dan membujuknya agar mau menikah dengan Khadijah. Nasifah berkata : "Wahai Muhammad, apa yang menghalangimu unutuk segera menikah?" Muhammad menjawab, "Aku tidak memiliki bekal (harta) untuk menikah." Nafisah berkata, "Bagaimana jika masalah harta tidak dianggap menjadi masalah dan ada yang menawarkan kepadamu kekayaan, kecantikan, kemuliaan, dan kesetaraan. Apakah engkau mau menikahinya?" Dengan penuh keheranan Muhammad bertanya, "Siapa dia?" Nafisah langsung menjawab, "Khadijah binti Khuwailid." Muhammad berkata, "Seandainya dia benar-benar menawarkan hal itu kepadaku, tentu aku akan menerimanya."

Dengan sangat girang, Nafisah segera menemui Khadijah. Sedangkan Nabi saw menemui paman-pamannya untuk menyampaikan keinginannya menikah. Singkat cerita, Abu Thalib, Hamzah, dan paman-paman Nabi saw lainya menemui paman Khadijah, 'Amr bin Asad untuk menyampaikan pinangan Muhammad kepada Khadijah sambil membawa shadaaq (mahar).

Dalam pertemuan sederhana itu, Abul Abbas Al Mubarrid ra dan perawi lainya menyatakan bahwa Abu Thalib menyampaikan pidato pinangan seperti berikut:
"Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita semua sebagai keturunan Ibrahim, keturunan Ismail, berasal dari darah Ma'ad dan unsur keturunan Mudhar. Kita telah dijadikan sebagai pemelihara rumah Mya (Ka'bah) dan pengatur tanah suci-Nya. Dia telah memberikan kita rumah (Ka'bah) yang terjaga, tanah suci yang aman sejahtera, dan kita menjadi pemimpin manusia.
Saya harus menyampaikan bahwa sesungguhnya keponakanku ini Muhammad bin Abdullah, jika dibandingkan dengan lelaki manapun, maka dia akan lebih unggul darinya, baik dalam kebaikan, keutamaan, kemuliaan, kematangan berpikir, keagungan, dan kehebatan. Meskipun jika dilihat dari segi harta dan kekayaan, maka dia tidaklah berarti apa-apa. Akan tetapi harta hanyalah bayangan yang akan sirna, benda yang akan hilang, dan pinjaman yang akan dikembalikan kepada pemilik sebenarnya.

Muhammad adalah seorang lelaki yang telah kalian ketahui latar belakang keluarganya. Ia bermaksud hendak meminang Khadijah binti Khuwailid. Untuk itu, ia memberikan mahar sebesar 20 ekor unta yang dipinjam dari hartaku dan akan dikembalikan sebatas kemampuannya, cepat maupun lambat.
Dalam sebuah riwayat dinyatakan. " Dia telah menyerahkan mahar perkawinan sebesar 12.5 uqiyah emas.

Abu Thalib menutup pidatonya dengan mengatakan, "Demi Allah, dia (Muhammad) akan memiliki peran yang sangat besar dan kedudukan yang agung di masa yang akan datang, maka terimalah pinangannya untuk menikah dengan Khadijah."

Akad nikahpun dilangsungkan. Saat itu Khadijah ra berusia 40 tahun sedangkan Muhammad berusia 25 tahun.
Setelah pernikahan yang penuh berkah tersebut, Khadijah menunjukkan dirinya sebagai seorang istri yang sangat mencintai suami sekaligus sebagai ibu yang sangat penyayang, lembut, dan baik terhadap anak-anaknya.


KEBIJAKSANAAN DAN KECERDIKAN KHADIJAH RA

Bukti yang paling kuat atas kebijaksanaan, kepintaran, dan kecerdikan Khadijah adalah ketika menjatuhkan pilihannya kepada Nabi Muhammad saw sebagai suaminya. Karena kesempurnaan jati diri seorang laki-laki, kemuliaan hati, dan kebaikan sifatnya adalah jauh lebih utama daripada kekayaan materi dan benda yang bersifat sementara. Dan alasan hakiki bagi Khadijah adalah ingin menemukan lelaki sejati yang sempurna dari segala segi, baik akhlak, kehormatan. Kejantanan, kepedulian, maupun sifat-sifat mulia lainnya.

Di pihak lain, Muhammad tidak akan menerima tawaran Khadijah jika saja beliau tidak melihat wanita tersebut memiliki pikiran yang matang dan bijaksana. Ia juga mendengar kesaksian kaumnya tentang diri Khadijah yang memiliki sifat-sifat yang mulia, karya-karya yang terpuji, pandai menjaga kehormatan diri, kepribadian yang bersih, dan garis keturunannya yang terpandang.

Berdasarkan faktor itulah hasrat Khadijah bertemu dengan hasrat Muhammad. Kematangan pikiran dan kebijaksanaannya menjadi faktor utama Khadijah untuk segera beriman kepada risalah Muhammad dan menjadi pengikut setia dalam setiap praktik keimanan dan ketaatan.

Pada suaru hari, Rasulullah kembali ke rumah Khadijah setelah mendapat pelajaran dari Jibril tentang cara melaksanakan shalat. Beliaupun memberitahukan pertemuannya dengan Jibril. Lalu Khadijah berkata " Tunjukkan kepadaku apa yang ditunjukkan Jibril kepadamu!" Saat itu juga Rasulullah memperagakan dan mengajarkan cara shalat kepadanya. Khadijah pun  mengikuti. Ia berwudhu seperti wudhu yang ditunjukkan oleh Rasulullah, lalu shalat bersamanya. Setelah selesai shalat, Khadijah berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah."

KEBAHAGIAAN MENYELIMUTI KELUARGA BARU
Akhlak Nabi Muhammad saw muncul dari pembawaan fitrahnya dengan begitu seimbang dan sempurna. Beliau memiliki kesabaran yang setara dengan keberaniannya. Memiliki keberanian yang setara dengan kedermawanannya. Memiliki kesahajaan yang setara dengan kasih sayangnya. Dan memiliki kasih sayang yang setara dengan patriotismenya. Singkatnya, beliau memiliki keistimewaan-keistimewaan yang sulit diukur.

Khadijah senantiasa berusaha menyediakan setiap sarana yang dapat memberikan ketenangan dan kesenangan kepada Rasulullah saw. Jika beliau mengisyaratkan sesuatu, maka Khadijah akan segera memenuhinya dengan senang hati dan tanpa sungkan. Khadijah juga tidak pernah ragu untuk merelakan hartanya digunakan oleh Muhammad, sehingga ia benar-benar total dalam memberikan seluruh emosi, perasaan, dan hartanya kepada suami tercinta. Bahkan Khadijah selalu berusaha menyukai orang-orang yang menyukai suaminya. Ia sangat menghormati orang-orang yang suka kepada Muhammad, sehingga membuat hati suaminya sangat bahagia dan senang.

HATI YANG PENGASIH

Dalam sebuah suasana santai yang diliputi oleh cahaya Rabbani, Muhammad tampak sedang berbincang-bincang dengan Khadijah. Dalam suasana seperti itu, seorang pelayan Khadijah masuk seraya berkata "Tuanku, sesungguhnya Halimah binti Abdullah bin Al Harits As-Sa'diyyah mohon izin untuk bertemu dengan Anda berdua.

Khadijah langsung berdiri untuk menyambut kedatangan Halimah. Ia sering mendengar Rasulullah bercerita tentang sosok wanita tersebut dengan penuh rasa cinta, kasih sayang, kehangatan, dan kemuliaan. Ketika pandangan Rasulullah menatap wanita tersebut, Khadijah mendengar suara lirih dari mulut suaminya seraya memanggil dengan penuh kerinduan, "Ibuku, ibuku."
Disela pertemuan yang begitu hangat, Rasulullah bertanya tentang keadaan Halimah. Ia mengadukan kondisi hidupnya semakin sukit dan kekeringan yang menimpa kampung bani Sa'ad. Sehingga hidupnya semakin terjepit dan kemiskinan semakin menjadi-jadi.

Mendengar hal itu, Rasulullah langsung menunjukkan kedermawananya dengan berbicara pada Khadijah. Khadijah membalasnya dengan hati yang oenuh kasih sayang. Dengan senang hati ia menyerahkan 40 ekor kambing dan seekor unta untuk membawa air serta memberi perbekalan yang cukup hingga Halimah sampai di kampung halaman. Khadijah selalu siap mengorbankan seluruh hartanya demi menyenangkan suaminya.

KETURUNAN YANG PENUH BERKAH

Rumah tangga yang penuh berkah butu dibangun di atas fondasi mawaddah, kasih sayang, dan cinta. Khadijah melahirkan putra pertama yang diberi nama Al-Qasim. Kelahiran Al-Qasim disusul oleh putra-putrinya, yakni Zainab (Ruqayyah), Ummu Kultsum, dan Fatimah. Mereka adalah putra-putri Nabi saw yang dilahirkan sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Setelah menjadi nabi, lahirlah Abdullah yang dijuluki Ath-Thayyib (lelaki baik) dan Ath-Thaahir (lelaki suci).

Putra Nabi saw lainnya yang bernama Ibrahim lahir di Mariyah Al QIbthiyyah ra. Semua anak laki-laku beliau meninggal dunia saat masih kecil, sedangkan semua anak perempuan beliau tumbuh dewasa hinggal mengalami masa Islam dan memeluknya serta ikut hijrah ke Madinah.
Ruqayyah dan Ummu Kultsum menikah dengan Utsman bin 'Affan ra. Zainab menikah dengan Abul'Ash bin Ar-Rabi' bin 'Abdusy-Syams, dan Fatimah menikah dengan Ali bin Abu Thalib.
Semua putri Rasulullah meninggal dunia saat beliau masih hidup, kecuali Fatimah. Ia meninggal dunia enam bulan setelah kepergian beliau.

Dari rumah yang penuh berkah ini, muncul Fatimah yang kemudian menjadi pemimpin wanita ahli surga. Ibu kandung dari Hasan dan Husain yang merupakan pemimpin pemuda ahli surga, sekaligus istri dari satu diantara sepuluh orang yang dijamin masuk surga. Sungguh sebuah rumah yang penuh berkah dab menyebarkan keharuman iman ke seluruh penjuru alam raya.


Semoga kita bisa meneladani sosok KHADIJAH RA...
Faedah membaca buku "35 SAHABAT SHAHABIYAH JILID 1"
penulis Mahmud Al Mishri



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Untuk Wanita Yang Ingin Dinikahi

Pembelajaran sore ini sangat menarik. Meski sebelum-sebelumnya tidak kalah menarik terlebih dengan dosen yang mampu menguasai kelas dengan baik dan efektif. Hingga pembelajaran terasa hidup. Apalagi untuk sebagian mereka yang baru pulang bekerja, rasanya masuk kelas itu hanya dengan sisa tenaga dan semangat, bisa pula yang terasa adalah rasa kantuk sehingga tidak fokus untuk menyimak. Hal yang dibahas pada sore ini adalah tentang Peranan Keluarga Dalam Islam. Pembelajaran semakin seru tatkala dosen mengajukan pertanyaan pada anak laki-lakinya. Mengapa hanya kepada laki-laki? karena wanita dipilih dan wanita juga yang memutuskan untuk menerima pinangan atau tidak. Dosen saya mengajukan bertanyaan "Apa syarat untuk wanita yang ingin kalian nikahi?" Sudah tidak asing sih saya mendengar pertanyaan tersebut. Berbagai macam jawabanpun terlontar dari kaum ikhwan. Diantaranya yaitu wanita yang cantik, sholehah, wanita yang sering ke masjid, wanita yang menutup aurat, wanita yang me

Edelwis Yang Dirindukan

Entah seperti ada namun tiada Seperti hadir menatap lamat-lamat Namun sebenarnya amat sangat jauh untuk dekat Merasakan bahwa selalu menemani Walau itu hanya bayangan semu Rasanya ingin menanggis jika aku tak mampu menahan Aku lemah jika rindu itu merasuk jiwaku Yaa Allah... aku takut Buih-buih rindu itu merusak batinku Aku hanya bisa menikamnya lantas aku pendam Aku hanya bisa memantaunya dari jauh, walau aku tau dia amat tertutup untuk aku usik Aku hanya bisa menyebut namanya dalam setiap doaku Aku sadar, aku masih anak kecil yang membutuhkan banyak asupan ilmu Aku masih butuh banyak belajar akan permasalahan itu Aku butuh Allah untuk selalu ada di sampingku Untukmu edelwis yg aku rindu Gunung Putri, 30 Maret 2015 Siti Aisyah