Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Satu Persatu Mereka Pergi

Terasa tidak semakin bertambahnya usiamu, kesibukan mulai merayap. Tak bisa untuk dihindarkan bahkan lari untuk mengacuhkan. Lagi-lagi kita ditekan dengan tuntutan tanggung jawab. Hanya saja kita bisa untuk berhenti sejenak lalu melanjutkan perjalanan. Semakin dewasa, pikiran kita dituntun untuk berpikir dengan logika dan hati. Mana yang harus disegerakan atau diundurkan belakangan. Membedakan mana kebutuhan atau kemauan. Memilah mana yang baik manfaatnya atau buruk akibatnya. Begitu hati-hati dalam memutuskan segala pertimbangan yang ingin diputuskan. Karena yang dipilih bukan untuk kebahagiaan jangka pendek melainkan jangka panjang. Apa yang ditanam setiap hari berharap bisa berbuah manis dikemudian hari. Usaha-usaha yang terus digeluti sembari melawan besarnya ego diri. Terkadang lelah menghampiri di segala rutinitas setiap hari yang kadang juga membosankan. Sebenarnya apa yang sedang dicari oleh diri. Lantas ingat bahwa tujuan kau diciptakan hanya untuk beribadah pada Tuha

Yang Menjaga Untuk Yang Terjaga

Ditulis untuk kawan yang sedang menanti Walaupun kau tidak tau, ada jiwa yang sedang menungu. Walaupun kau tidak tau, ada hati yang kelabu menahan rindu. Walaupun kau tidak tau, ada rasa cemas mengintai diriku. Walaupun kau tidak tau, selalu ada bayangmu dalam benak pikiranku. Walaupun kau tidak tau, aku yang diam-diam sebut namamu dalam doaku. Walaupun kau tidak tau, jejakmu seolah beriringan bersama langkahku Walaupun aku tak pernah tau siapa dirimu. Apa ini menyiksa? Tentu bukan untuk diresahi dalam gelisah. Apa ini hanya lamunan diriku saja? Tentu bukan hanya angan melainkan ingin diwujudkan menjadi nyata. Hingga ku titipkan segala harap hanya Allah ta'ala. Pemilik hati dan jiwa seorang manusia. Sedang diri ini seorang wanita. Hanya menunggu hingga ucap halal itu tiba. Kelak jika bersama, kau kan tiba sebagai pemuda yang paham agama. Bersaing dengan para pujangga. Meraih bidadari dunia sampai disurga. Karena tidak ada yang bisa dilakuka

Siapkan Generasi Terbaik Dunia Seperti Al Fatih

Kalau saja Mahmed II hidup kembali dan melihat kondisi pemuda saat ini, mungkin ia sudah geleng-geleng kepala tak habis pikir. Ah, betapa kualitas kita dan dirinya terbentang amat jauh! Saat kebanyakan pemuda berumur 21 tahun sudah angkat dagu, bangga bisa taklukkan hati wanita, Muhammad Al-Fatih sudah mampu taklukkan Konstantinopel! Saat para pemuda bersenang-senang habiskan umur 8 tahunnya dengan menghafal lagu-lagu orang dewasa, Muhammad Al-Fatih sudah hafalkan seluruh ayat Al-Quran dalam kepalanya. Saat para pemuda masih bingung dengan mimpinya, tidak tahu akan jadi apa, "let it flow" katanya, Muhammad Al-Fatih sudah bertekad dengan lantang sejak kecil, "Ayah, aku ingin menaklukkan konstantinopel!" Tekadnya tidak berakhir dengan teriakan lantang saja. Muhammad Al-Fatih memiliki visualisasi mimpi yang teramat jelas. Sejak kecil ia bersama ayah dan gurunya sudah memandang Benteng Byzantium dari atas bukit. “ Nak, benteng itu yang akan kau

Sabarlah Wahai Diri

Seseorang yang tak disimpan dalam hati. Bukan pula tuk di simpan dalam pikiran. Walau terkadang terlintas dalam lamunan. Biarlah tersimpan dalam tiap-tiap doa yang terperanjatkan. Sebab kata tak mampu mewakili buncahan partikel yang mengarungi hati. Biar ia diam dalam sabar yang terkendali. Sebab hati tak mampu membohongi seganjil asa yang menghampiri. Biar ia paham arti merindu pada pertemuan yang dinanti. Sebab cinta adalah bersamai. Biar ia terus bersemi pada pangkuan Ilahi. Ketika nanti Tuhan mempersatukan. Mengawali dengan segala kejutaan diluar dugaan. Saat semua mata terpana pada satu arahan. Maka hal bahagia sedang dilangsungkan bersama pujaan impian. Ketika nanti Tuhan menetapkan. Mengawali dengan sakral suci maglihai pernikahan. Saat semua yang dirasa teristimewakan. Maka hal kebaikan sedang menyatu berlapis-lapis dalam keberkahan bersama cinta yang diabadikan. Ciadeg, 17 Mei 2016 Siti Aisyah

Selalu Ada Namamu Dalam Doa Ibu

Harapan-harapan yang tidak pernah henti untuk meminta kepada-Nya lewat doa-doa yang terurai indah. Terus dilakukannya setiap waktu tanpa lelah bersimpuh memohon kebaikan sang pencipta untuk mengabulkan. Entah hal apa yang sedang dinanti olehnya. Yang aku tau dia sedang menguatkan harapan yang ia diyakini akan terwujud dari salah satu anak kesayangannya. Ia yakin doa adalah kekuatan diri. Karna berdoa menentramkan jiwa. Karna dengan doa hati damai jua. Karna berdoa menguatkan harapan pada-Nya. Karna dengan berdoa mampu menembus batas yang tidak pernah bisa dijangkau oleh usaha semaksimal apapun. Seindah mungkin kata demi kata terucap dibibirnya. Mata yang dibasuh dengan linangan mutiara menandakan kekhusyuan ia berdoa. Tangan yang terus menggadah tanpa bosan sampai sampai lelahpun terhiraukan. Dan sudah tidak terhitung lagi berapa banyak doa yang dipintakan dan terus  naik setiap hari hingga langit ke tujuh. Dibawa oleh malaikat menuju Tuhannya. Yaa itulah kau ibu... &quo

Barangkali Itu Mutiara

Ketika nasihat terlontar dari mulut seseorang, entah itu orang terdekat, orang yang baru-baru dikenal atau bahkan kamu tidak mengetahui siapa orang itu.  Pikiran kita menilai bahwa ia telah menjatuhkan. Sekalipun nasihat itu memang benar-benar untuk kamu, untuk kebaikan dirimu. Menegurmu dengan kata-kata mutiara yang entah hati menerimanya dengan suka atau tidak. Barangkali itu sebuah bentuk cinta akan kepeduliannya terhadapmu. Ah terkadang akal selalu menerka-nerka berprasangka yang semestinya belum tentu akan terjadi. Lalu pikiranmupun melayang entah terlalu cemas atau mengkhawatirkan. Seketika itupun perasaan berubah. Merasa-rasa yang sebetulnya tak mampu untuk berungkap akan asa. Mungkin memang ada yang salah dari dirimu. Ada yang tidak kamu menyadarinya. Karena sampai kapanpun kamu tidak bisa melihat dirimu saat bertatap langsung dengan manusia. Karena yang terlihat adalah yang nyata dalam  pelapuk mata dan yang tersembunyi adalah  yang tersimpan dalam relung jiwa. Kita