Ketika
nasihat terlontar dari mulut seseorang, entah itu orang terdekat, orang yang
baru-baru dikenal atau bahkan kamu tidak mengetahui siapa orang itu.
Pikiran kita menilai bahwa ia telah menjatuhkan. Sekalipun nasihat itu
memang benar-benar untuk kamu, untuk kebaikan dirimu. Menegurmu dengan
kata-kata mutiara yang entah hati menerimanya dengan suka atau tidak.
Barangkali itu sebuah bentuk cinta akan kepeduliannya terhadapmu. Ah terkadang
akal selalu menerka-nerka berprasangka yang semestinya belum tentu akan
terjadi.
Lalu
pikiranmupun melayang entah terlalu cemas atau mengkhawatirkan. Seketika itupun
perasaan berubah. Merasa-rasa yang sebetulnya tak mampu untuk berungkap akan
asa. Mungkin memang ada yang salah dari dirimu. Ada yang tidak kamu menyadarinya.
Karena sampai kapanpun kamu tidak bisa melihat dirimu saat bertatap langsung
dengan manusia. Karena yang terlihat adalah yang nyata dalam pelapuk mata
dan yang tersembunyi adalah yang tersimpan dalam relung jiwa.
Kita
tidak tau apakah membawa kebaikan atau keburukan apa yang terlontarkan. Kamu
sedikitpun tidak bisa lari dari kenyataan sebelum semuanya diakhirkan. Dan
sepatutnya kamu kembali merenungi sedari ini. Dirimu perlu kejujuran dari dasar
hati terdalam untuk mendengarkan lalu lakukan atau menutup untuk menghiraukan.
Maka
bersyukurlah selagi ada yang menasihatkan. Karena kamu sedang diperhatikan.
Karena kamu sedang dipedulikan. Karena kamu sedang ditunjukan pada arahan yang
memang betul untuk dirubahkan. Ada sesuatu yang perlu untuk diluruskan atau
bahkan disegerakan untuk dilakukan.
Hati… tabahlah engkau
dalam mendengar segala cercaan walaupun itu demi kebaikan.
Diri… terimalah segala
mutiara itu sekalipun kamu tidak menginginkan untuk menyimpan.
Akal… jernihlah dalam
menyaring apa yang telinga dengarkan.
Pada
saat yang bersamaan, pintalah pada Tuhan agar dikuatkan. Yang tau hanya kamu
dan Dia yang Maha Tahu akan keadaan hamba-Nya. Lakukan apa yang mesti
diwujudkan. Karena barangkali ini ujian untuk meninggikan derajat kehidupan.
Bersabarlah dan bersabarlah hingga kelelahan itu lelah menghampirimu. Jangan
berhenti melangkah, apalagi iman melemah. Yakin segalanya akan terasa indah,
berujung pada kepastian seperti bunga mawar yang kian mekar, harum namun
mendamaikan meskipun ada duri yang menyelimuti.
Menyendiri...
Ciadeg, 4 Mei 2016
Siti Aisyah
Komentar
Posting Komentar