Langsung ke konten utama

Berbagi Bercerita

Jumat, 28 Agsutus 2015

Hujan kedua ditempat hijrahku. Hujan membasahi senja sore hari ini. Mengguyur tanah yang kering. Menyuburkan sawah-sawah yang menguning. Hujan yang penuh berkah dan memang pantas daerah ini untuk mendapatkan hujan. Karna penduduknya yang masih kental dengan nuasana islaminya. 

Yaa tepat hari ini pula hari kedua aku singgah di desa ciadeg, meninggalkan keluargaku yang aku sayangi.

Menginjak 2 minggu sudah tempat kerjaku pindah ke caringin, tempat pabrik produksinya langsung. Dan sudah dua kalinya pindah tempat kerja. Ini menjadi pengalaman pertamaku. Bukan hanya dalam bekerja melainkan awal langkah untuk hidup mandiri. Aku termasuk orang yang manja. Apa-apa selalu ingin sudah siap. Bahkan dirumahpun selalu saja ada pertikaian entah karna makanan, pekerjaan rumah, maupun hal sepele. Tapi selalu saja ada tawa seusai pertikaian. Maka dari itu biarlah aku mandiri. Membentuk karakter jati diriku sendiri. Agar nanti setiap tiba dirumah aku selalu siap untuk menularkan kemandirian ini.

Mak, bagimu berat melepaskan anak gadismu ini untuk jauh darimu. Walau tak terucap dengan kata tapi dari raut wajahmu aku bisa melihatnya. Dari setiap doa yang kau panjatkan untuk anak-anakmu, selalu kau seka kesedihan itu. Karna tak mudah kau melepaskan diriku yang menjadi hal pertama kalinya jauh disampingmu. Tapi dengan izin-Nya, kau percayai aku untuk mengais rezeki didaerah orang. Memenuhi kebutuhanku dan keluarga. InsyaAllah istana itu akan segera dibangun untukmu mak. Doakan aku selalu dan ridoilah setiap keputusanku. Agar langkah ini menjadi ladang pahala dan kemurahan hati dalam menjalankan amanah ini.

Disini aku bahagia bisa bertemu bahkan masuk dalam lingkungan keluarga yang baik. Inilah nuansa keluarga yang selalu aku rindukan. Dimana sama-sama mengapai keridoan-Nya. Selalu sama-sama dalam menjalankan perintah-Nya. Saling sayang menyayangi karna Allah. Saling santun menyantuni dan lemah lembut. Seolah-olah aku menjadi bagian dari anggota keluarga ini. Disini jauh dari kerumunan laki-laki. Auratku bisa terjaga dengan baik. Karna memang keluarga ini hanya diisi dengan perempuan. Bapak sudah meninggal meninggalkan ibu baik hati ini.

Waktuku ramai dengan suara-suara anak kecil yang melantunkan ayat-ayat suci Al Quran. Membacanya dari huruf ke huruf dan perpindah ke ayat per ayat.
Keberadaan disini tak pernah sepi selalu saja ramai dengan kebahagian hidup yang bersahaja. Aku yakin keluarga ini memberikan kebaikan untuk akhirat. Aku percaya mereka adalah orang-orang yang Allah hadiahkan untuk hadir dihidupku. Karna semua sudah ada dalam skenario Allah yang sempurna dan indah.

Karna hujan selalu mendamaikan hati bukan hanya untuk manusia saja, melainkan bumi dan seluruh penghuninya ikut merasakan ketentraman alunan butiran hujan yang jatuh. Dan aku merasakan ketenangan ditempat ini.:-)


Senin, 31 Agustus 2015

Rasanya baru sekejab aku tiba dirumah kemarin. Melepas lelah dan rindu. Kini sudah tiba kembali meninggalkan mamak dan keluarga tercinta. Maafkan aku yang terlalu cepat pergi dan belum sempat bercerita banyak hal. Maafkan aku pula untuk kedepannya kan banyak waktu yang kusibukkan. Bukan untuk hal yang sia-sia melainkan untuk lebih baik dalam menggapai keridoan-Nya.

Jujur batin ini masih lemah. Tulus kasihmu yang selalu kau berikan pada anakmu. Tak kenal lelah menghadapi sikap keegoaan ini. Pintaku tuk selalu kau doakan anakmu ini. Kau tunjukkan dengan gerak tingkah lakumu. Kau antarkan aku ketepi jalan dengan mengandeng tas beratku. Walau aku tau aku mampu membawanya, bukan karna aku telah dewasa, memang karna kasih sayangmu kepada anakmu tanpa masa.

Perlahan redup malam terganti dengan cahaya sinar mentari. Embun yang mendinginkan menemani perjalananku pagi ini. Berusaha tuk lebih baik. Bagaimanapun aku selalu menyukai pagi hari. Pagi hari yang selalu menjanjikan harapan baru. Membuka lembaran kosong agar menjadi warna pelangi yang indah terlukiskan. Kemurahan Allah dan nikmat yang patut selalu disyukuri. Aku bahagia melebihi orang yang aku temui tahu. Atas segala kemudahan yang Allah berikan aku merasakan kedamaian terhidup dalam batinku setiba ditempat ini.

*****

Bel istirahat berbunyi dan kumandang adzan silih sahut menyahut memanggil raga ini tuk menunaikan panggilan mulia-Nya. Kejutan itupun tiba tanpa sedikitpun terbesit dipikiranku. Aku tercengang betapa baik akhlak anak-anak kecil ini. Selepas aku menunaikan ibadah shalat dzuhur tangan ini digapainya tuk tunjukkan rasa hormat menghormati kepada yang tua darinya. Alangkah terkejutnya diri ini, mereka yang tak mengenalku tanpa rasa malu menyalimi tangan ini. Yaa Allah belum pernah aku diperlakukan seperti ini didaerah rumahku. Mereka yang terdidik dalam asuhan orang tua yang baik. Dalam hatiku berbicara "aku belum jadi guru, seolah-olah seperti sudah menjadi guru."

Bahkan diri ini malu, terkadang semangat ini mengendur menjalankan kewajiban. Tapi lihatlah anak-anak SD ini, tanpa lelah sehabis mereka menuntut ilmu, disempatkannya tuk singgah dirumah-Mu tuk melaksanakan kewajibannya sebelum sampai di rumah. Berbondong-bondong dengan kawan sejawatnya, mereka berlarian mengambil air wudhu, berebut mukena yang akan dikenankan.
Yaa Rabb, aku tersadarkan dan berpikir mereka yang belum baligh saja begitu semangat beribadah kepada-Mu. Aku yang sudah baligh dan dewasa, kau beri kekuatan fisik, akal fikiran yang mantap, terkadang diri ini begitu malas. Astagfirullah... bahkan banyak diluaran sana tak menjadikan shalat sebagai kebutuhan rohaninya. Melainkan begitu ringan meninggalkannya.

Melalui tingkah mereka, banyak hal baik yang aku dapat. Akan aku teguhkan untuk selalu melaksanakan ibadah diawal waktu. Bukan hanya Allah memerintahkan lebih utama shalat diawal waktu melainkan pasti Allah atur waktu 24 jam yang Dia berikan dengan terjadwal rapih dan tersusun baik untuk hambanya.

Anak kecil yang mengajarkan ilmu pada anak dewasa ini. Semoga kelak kalian menjadi tokoh agama yang kuat aqidahnya, berjasa dalam agama dan negara. Serta penerus jihad Agama Allah.


Kamis, 03 September 2015

Sudah beberapa hari ini aku selalu terbangun tengah malam, badan ini belum terbiasa dengan cuaca disini. Aku menggigil padahal selimut tebal sudah menutupi badanku. Berbeda sekali dengan dirumah. Terkadang aku sulit tidur karena kegerahan.

Setiap pagi dan sore hari kabut perlahan turun dari gunung salak. Hawa dinginpun selalu terasa. Aku membayangkan bagaimana jika tinggal di luar negeri dengan cuaca dingin. Akupun harus bisa beradaptasi dengan baik. Agar tak mudah sakit dan membuat khawatir orang rumah.

Aku rindu masakan mamakku. Disini aku belum menemukan tempat makan untuk keseharianku. Akupun harus hemat dan memperhatikan asupan makan yang baik untuk badan ini. Aku rindu suasana dirumah. Pertengkaran kecil yang selalu mempererat hubungan adik kakak. Makan bersama selepas magrib. Canda tawa ketika bercerita untuk menghiasi malam. Kericuhan dipagi hari dan berebut kamar mandi. Hidangan sarapan buatan mamak sebelum beraktivitas. Pisang goreng yang menjadi menu sarapan favoritku. Aku kangen keluargaku. Suasana saat seperti itu yang akan selalu akurindukan.


Senin, 07 September 2015

Hanya seminggu sekali aku pulang kerumah. Sabtu siang selesai kerja aku langsung pulang kerumah. Dan senin pagi kembali dengan rutinitas kesibukan kerja. Tak heran setiap hari kemacetan di jalan raya sukabumi selalu ramai dengan orang-orang yang egois mementingan urusannya sendiri. Lihat saja jalan yang sementinya digunakan malah terhalangi dengan membeludaknya motor yang datang dari gang. Hingga aku dan penumpang lainpun kena imbasnya diturunkan sebelum tujuan sampai. Bukan hanya karna jalannya yang sedang diperbaiki melainkan kemacetan itu terjadi sepanjang dari ciawi sampai pasar caringin. 

Aku jadi teringat waktu smk mendengar cerita seorang gadis kecil yang meninggal karna penyakit asma dan harus segera dibawa kerumah sakit, namun karna macet, akhirnya ia menghembuskan nafas ditempat sebelum tiba dirumah sakit. Itulah salah satu sebab kesalahan yang tanpa kita sadari. Betapa banyak masyarakat belum sadar akan etika berlalu lintas. Aku hanya bergumam menelan ludah. Miris sekali melihatnya. Justru dinegara majulah yang selalu mengendarakan kendaraan umum jika pergi kemana-mana kecuali urusan liburan dengan keluarga yang mengenakan mobil pribadi. Padahal banyak hal yang menyenangkan jika kita melakukan rutinitas perjalanan bersama-sama. Selain melatih ketepatan waktu, kesabaran, dan keluasan daerah.Kita juga bisa merasakan kebersamaan merakyat.

Namun saat macet tetap saja  pemandangan gunung salak yang menjulang tinggi dengan panorama indahnya berselimut kabut dan udara yang sejuk selalu menjadi hal yang mendamaikan hati. Burung-burung yang terbang bertasbih dengan caranya sendiri menyadarkan aku untuk bertasbih. Betapa baiknya Allah dengan segala kemurahan-Nya memberikan nikmat kepada penduduk bumi. Hanya saja sedikit sekali manusia yang bersyukur.


Selasa, 08 September 2015

Hanya bernostalgia sejenak bukan untuk mengulang....

Dalam rintik hujan yang turun sore ini, kesendirian di daerah perantauan. Banyak rasa yang aku jumpai. Aku rindu keluargaku, sahabat, dan kau.... sosok yang menyejukkan dalam..... hidupku....
Tak kuasa aku menahan tangis, hingga air mata ini ikut menurunkan butiran air yang terjatuh. Bukan karna aku sedih, melainkan inilah caraku mengungkapkan semua rasa dikala rindu itu tiba.

Awalnya tak ada niat untuk membaca percakapan itu, namun hati ini mengarahkan untuk melihatnya kembali. Betapa banyak kalimat yang aku lontarkan untuk menghindar jauh darimu dan tanpa kau sadari membuatmu sedih. Tapi ketahuilah aku menjauh bukan karna aku tak sayang bahkan ingin memutuskan tali keakraban kita melainkan ada jiwa yang harus dikendalikan. Bukan aku tak cinta melaikan karna cinta. Betapa banyak godaan nafsu ingin mengulang kembali kecerian itu. Namun ada Allah yang selalu bilang "jangan". Bahkan prinsip aku mengambil jalan ini agar semakin jera dan tak melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Karna aku sadar pahala amalanku saat ini belum cukup menjadi penyelamat diriku dihadapan-Nya nanti di akhirat saat pertanggungjawaban itu diadili seadil-adilnya.

Tak sulit aku mengendalikan rasa ini, menetralkan segala rasa yang pernah ada. Bahkan hati ini terkadang rapuh tanpa motivasi dari-Nya untuk tetap dalam perjalanan hijrah ini. Hingga melabuhkan semua rasa cinta hanya pada-Nya, Allah Yang Maha Memberi Hidup. Dia yang selalu menguatkan langkah ini, Allah yang selalu menegurku lewat ayat-Nya. Allah pula yang selalu ada mengisi kesedihan ini menjadi kebahagian. Dan Allah pula dengan kemurahan kasih-Nya memantapkan komitmen ini.

Biarlah aku kehilangan sosokmu saat ini, agar tak aku usik iman dan hati bersihmu. Biarlah kau menjadi imam terbaik untuk pendampingmu kelak yang masih dirahasiakan Allah. Biarlah kau menyelesaikan tanggung jawab yang mesti kau selesaikan. Biarlah kau mengukir prestasi yang memukau tuk masa depanmu. Biarlah kau menjadi insan mulia yang disegani penduduk bumi. Dan biarlah kau tetap menjadi laki-laki yang kokoh agama serta berakhlak baik. Hingga kita sama-sama menjadi insan mulia kebanggaan Rasulullah dan makhluk ciptaan-Nya seperti yang kau katakan.

Kita adalah insan yang sama-sama paham dan mampu mengambil pembelajaran dimasa lalu. Karna aku percaya kau akan tetap menjaga dan melindungiku walau tidak disampingku lewat untaian doa yang terpanjatkan. Karna aku percaya kau menjunjung tinggi kehormatan wanita. Karna aku percaya kau adalah pria yang baik, dari dirimulah aku banyak belajar kebaikan. Karna aku percaya doamu akan selalu mengalir untukku dan itulah yang akan membuat kita tetap dekat walau tidak dengan bertatap.

Apapun nasihat yang pernah kau lontarkan, akan selalu aku ingat dan lakukan sebisaku. "Selalu bersinar seperti bintang untuk orang-orang terdekatmu dan tetap pancarkan aura positifmu."
Apapun harapanmu dan keyakinanmu terhadapku semoga terwujud. Tapi aku tetaplah manusia, yang hanya bisa menyandarkan segala kelu kesahku hanya pada-Nya yang selalu memberikan harapan yang menjanjikan. Dan aku yakin kaupun begitu. Karna tak ada yang bisa mengubah takdir-Nya selain Dia yang mentakdirkan segala sesuatu yang terbaik untuk hamba-Nya.

Karna yang aku yakini, selama apapun aku menunggu menunggu hadiah itu tiba hingga keridoan-Nya menyatukan kita, kita akan tetap bersatu sekelok apapun langkahmu d.bumi pijakkan-Nya. Tapi tetaplah untuk melapangkan hati jikalau kita tidak dibersamakan. Karna akan ada pengganti yang lebih dari dirimu maupun diriku. Karna kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi dihari esok.

Aku berharap semoga apa yang disemogakan, semoga setiap doa yang terpanjatkan selalu dalam pengabulan-Nya. Semoga kita tetap sabar dan tetap menjaga diri untuk-Nya. Dan hidup semakin lebih baik. Melepaskan sesuatu yang belum berhak untuk dimiliki. Agar meraih sesuatu dengan keridoan-Nya dan tidak melanggar aturan syariat yang telah ada.

Yaa Allah tenggelamkanlah aku dalam samudra lautan kecintaan kepada-Mu, agar tak ada yang lain selain menambah rasa cinta pada-Mu....

Aku menyayangimu, dengan caraku sendiri menjagamu saat ini.
Bukankah bertemu untuk berpisah itu suatu yang biasa, namun bertemu untuk bersatu, jauh luar biasa bukan?


Ciadeg, 11 September 2015
Siti Aisyah



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Untuk Wanita Yang Ingin Dinikahi

Pembelajaran sore ini sangat menarik. Meski sebelum-sebelumnya tidak kalah menarik terlebih dengan dosen yang mampu menguasai kelas dengan baik dan efektif. Hingga pembelajaran terasa hidup. Apalagi untuk sebagian mereka yang baru pulang bekerja, rasanya masuk kelas itu hanya dengan sisa tenaga dan semangat, bisa pula yang terasa adalah rasa kantuk sehingga tidak fokus untuk menyimak. Hal yang dibahas pada sore ini adalah tentang Peranan Keluarga Dalam Islam. Pembelajaran semakin seru tatkala dosen mengajukan pertanyaan pada anak laki-lakinya. Mengapa hanya kepada laki-laki? karena wanita dipilih dan wanita juga yang memutuskan untuk menerima pinangan atau tidak. Dosen saya mengajukan bertanyaan "Apa syarat untuk wanita yang ingin kalian nikahi?" Sudah tidak asing sih saya mendengar pertanyaan tersebut. Berbagai macam jawabanpun terlontar dari kaum ikhwan. Diantaranya yaitu wanita yang cantik, sholehah, wanita yang sering ke masjid, wanita yang menutup aurat, wanita yang me...

Khadijah Binti Khuwailid ra

Kita akan menjelajahi bintang pertama dari gugusan bintang kenabian. Kita akan berjumpa dengan simbol kesucian, kehormatan, dan ketakwaan. Juga bersua dengan sekuntum bunga yang menyebarkan aroma wewangian sehingga memenuhi atmosfer seluruh penjuru dunia dengan keharumanan iman, pengorbanan, kedermawanan, dan pembelaan. Kita akan menemui orang yang pertama kali memeluk islam dari golongan wanita. #Orang pertama yang shalat bersama Rasulullah saw. #Wanita pertama yang memberi keturunan kepada Nabi saw. #Wanita pertama diantara istri-istri Nabi saw yang mendapat berita dijamin masuk surga. #Orang pertama yang menerima ucapan salam dari Allah. #Wanita pertama yang masuk kategori shiddiq #Istri Nabi saw yang pertama kali meninggal dunia. #Orang pertama yang kuburannya dipersiapkan oleh Nabi saw. Dia beriman kepada Nabi saw disaat semua orang kafir kepadanya. Membenarkan risalah beliau disaat semua orang mendustakannya. Mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan ...

Edelwis Yang Dirindukan

Entah seperti ada namun tiada Seperti hadir menatap lamat-lamat Namun sebenarnya amat sangat jauh untuk dekat Merasakan bahwa selalu menemani Walau itu hanya bayangan semu Rasanya ingin menanggis jika aku tak mampu menahan Aku lemah jika rindu itu merasuk jiwaku Yaa Allah... aku takut Buih-buih rindu itu merusak batinku Aku hanya bisa menikamnya lantas aku pendam Aku hanya bisa memantaunya dari jauh, walau aku tau dia amat tertutup untuk aku usik Aku hanya bisa menyebut namanya dalam setiap doaku Aku sadar, aku masih anak kecil yang membutuhkan banyak asupan ilmu Aku masih butuh banyak belajar akan permasalahan itu Aku butuh Allah untuk selalu ada di sampingku Untukmu edelwis yg aku rindu Gunung Putri, 30 Maret 2015 Siti Aisyah